Sejak awal hakim sudah merasa kagum akan kejujuran dua orang yang sedang dalam proses sidang menunggu keputusannya. Kejujuran keduanya membuat sulit dan bingung si hakim untuk memberikan jalan keluar yang adil bagi keduanya. Akhirnya di forum pengadilan itu hakim bertanya “Apakah setiap dari kalian mempunyai anak?”.
“Ya, bapak hakim. Saya memiliki anak laki-laki yang sudah dewasa”, jawab si pembeli.
Tak mau kalah, si penjual lantas menimpali, “Sama seperti dia bapak hakim, saya juga memiliki seorang anak perempuan yang sudah dewasa”. Setelah mendengar hal tersebut, hakim tersenyum dan gembira karena telah menemukan petunjuk jalan keluar terhadap permasalahan dan perselisihan yang mereka adukan.
Ya, dua orang itu adalah seorang pembeli dan seorang penjual kuali dari tanah. Perselisihan ini bermula dari si pembeli yang ingin mengembalikan emas yang berada di dalam kuali tanah kepada si penjual, “Ambillah emasmu ini, karena dulu aku cuma membeli tanah dari kamu dan tidak membeli emas kata si pembeli”. Tetapi apa kata si penjual, “Tidak usah, dahulu saya menjual tanah itu beserta segala isi yang terkandung di dalamnya kepadamu”. Tanpa disadari, si penjual dan si pembeli terus berdebat dan saling membenarkan yang mereka katakan. Mereka sama-sama merasa tak berhak memiliki kuali berisi emas tersebut. Sampailah akhirnya mereka mengadukan dan menceritakan kepada hakim perdebatan/permasalahan yang mereka alami. Mereka meminta hakim untuk memberikan jalan keluar serta memastikan siapa yang berhak memiliki kuali tanah berisi emas itu.
Lalu, apa keputusan hakim? Hakim memutuskan “Kalau begitu, nikahkan saja anak lelaki pembeli tanah dengan anak perempuan penjual tanah, dan berikanlah kuali berisi emas tersebut kepada mereka berdua agar bisa dimanfaatkan sebagai bekal di masa depan”. Akhirnya, mereka berdua menerima keputusan hakim dengan gembira dan menikahkan kedua anak mereka.
Pembaca yang budiman, kejujuran selalu membawa kebaikan. Kejujuran akan menghasilkan kebahagiaan, kejujuran pasti membawa keberkahan dan kemuliaan. Permasalahan apapun akan mudah dipecahkan hanya jika dimulai dengan kejujuran. Sebaliknya kebohongan akan menjadi awal dari kehancuran dan kehinaan. Karena kebohongan satu, pasti akan disusul dan ditutupi dengan kebohongan yang lain.
Sungguh alangkah indahnya jika orang-orang di negeri yang kita cintai ini, utamanya mereka yang sudah diberikan amanah untuk menjadi pemimpin, membudayakan dan menjaga kejujuran. Maka bukan sesuatu yang mustahil, penyakit yang selama ini menjadi akar permasalahan di negeri tercinta ini yaitu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) akan sirna dengan sendirinya. Akan hadir sebuah negeri yang madani, negeri yang gemah ripah loh jinawi. Semoga ini menjadi cita-cita dan semangat kita untuk senantiasa menjaga dan membudayakan kejujuran. Kuncinya adalah kemauan yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. InsyaAllah.
Rasulullah SAW bersabda “Wajib atas kalian untuk jujur, sebab jujur itu akan membawa kebaikan, dan kebaikan itu akan menunjukkan jalan ke surga, begitu pula seseorang yang senantiasa jujur dan memperhatikan kejujuran, sehingga akan tercatat di sisi Allah atas kejujurannya. Sebaliknya, janganlah berdusta, sebab dusta akan mengarah kepada kejahatan, dan kejahatan akan membawa ke neraka, seseorang yang senantiasa berdusta dan memperhatikan kedustaannya, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Bukhari-Muslim dari Ibnu Mas’ud). Wallahu a’lam bishowab. [Syahrul Maftuhin/kisahikmah.com]
Komentar
Posting Komentar